Breaking News

Khutbah Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1446 Hijriah - 2025

 





Alhamdulillah
puji dan syukur selalu terucap kehadirat Allah swt atas berbagai macam nikmat yang telah dianugerahkan kepada kita diantaranya adalah nikmat iman. Selanjutnya sholawat teriring salam selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah saw.

Dalam mendukung penerbitan Khutbah ini tidak terlepas andil dari para Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Lombok Utara dan menjadi tugas dan fungsi sebagai penyuluh untuk memberikan pemahaman serta syi’ar kepada masyarakat.
Melalui penerbitan Khutbah Idul Fitri 1446 H/ 2025 M dengan tema  “Merenung Untuk Kembali Kepada Fitrah Sejati"

Oleh : Kementerian Agama Kabupaten Lombok Utara berharap agar apa yang disampaikan bermanfaat bagi kita terutama masyarakat secara luas untuk bisa di
implementasikan dalam kehidupan sehari – hari dan mampu memahami esensi dari fitrah yang sebenarnya.

Demikian pengantar ini disampaikan, apabila ada hal – hal yang kurang dalam penerbitan Khutbah Idul fitri ini mohon masukan dan saran.
Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Lombok Utara ; DR H  Jalalussayuthy, SS. M.Pd.

Berikut Khutbah :
Khutbah Idul Fitri1446 H
(Merwnung Untuk Kembali Kepada Fitrah Sejati).

Khotbah 1 (Pertama)

اَلُأَكْبَرُاَلُأَكْبَرُاَلُأَكْبَرُ،اَلُأَكْبَرُاَلُأَكْبَرُاَلُأَكْبَرُ،اَلُ
أَكْبَرُاَلُأَكْبَرُاَلُأَكْبَرُ.
اَلُأَكْبَرُكَبِيْرًاوَالْحَمْدُِلِكَثِيْرًاوَسُبْحَانَاِبُكْرَةًوَأَصِيْلاً،
لاَإِلهَإِلاّاُوَحْدَهُ،صَدَقَوَعْدَهُ،وَنَصَرَعَبْدَهُ،وَأَعَزّجُنْدَهُ،
وَهَزَمَاْلأَحْزَابَوَحْدَهُ،لاَإِلهَإِلاّاُوَلاَنَعْبُدُإِلاّإِيّاهُ
مُخْلِصِيْنَلَهُالدِيْنَوَلَوْكَرِهَالْكَافِرُوْنَ،لاَإِلهَإِلاّاُوَاُ
أَكْبَرُ،اَلُأَكْبَرُوَلِالْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُِلِالّذِيْوَفّقَنَاِلإِتْمَامِشَهْرِرَمَضَانَوَأَعَانَناَعَلىَالصِيَامِوَالْقِيَامِوَجَعَلَنَاخَيْرَأُمّةٍأُخْرِجَتْللِنّاسِ.نَحْمَدُهُعَلَىتَوْفِيْقِهِ
وَهِدَايَتِهِ .وَأَشْهَدُأَنْلاَإِلهَإِلاّاُوَحْدَهُلاَشَرِيْكَلَهُالْمَلِكُالْحَقُ
الْمُبِيْنُ،وَأَشْهَدُأَنّمُحَمّدًاعَبْدُهُوَرَسُوْلُهُخَاتَمُالنّبِيِيْنَ.وَالصّلاَةُ
وَالسّلاَمُعَلَىسَيِدِنَامُحَمّدٍوَعَلَىآلِهِوَصَحْبِهِوَالتّابِعِيْنَوَمَنْ
تَبِعَهُمْبِإِحْسَانٍإِلَىيَوْمِالدِيْنَ،أَمّابَعْدُ:
فَيَاعِبَادَاِ،أُوْصِيْكُمْوَنَفْسِيْبِتَقْوَىاِفَقَدْفَازَالْمُتّقُوْنَ،
وَأَحُسّكُمْعَلَىطَاعَتِهِلَعَلّكُمْتُرْحَمُوْنَ

Jamaah shalat idul fitri rahimakumullah.
Kini kita berada tepat pada momentum yang begitu mulia,
pada tanggal 1 syawal 1446 H. kita dan semua kaum muslimin di seluruh dunia bergembira, kita agungkan nama Allah dengan takbir semenjak terbenamnya matahari kemarin. Namun disisi lain kita juga sedang dalam satu
momentum penting untuk kita merenung. Ramadhan kini
telah berlalu. Apa saja yang telah kita lakukan sebulan yang
lalu? Tidakkah kita idamkan agar Ramadan tahun ini
berbeda dari Ramadan sebelumnya? Bukankah kita telah
berniat agar Ramadan tahun ini tumbuh kembali spirit cinta
اَهللُأَكْبَرُاَهللُأَكْبَرُاَهللُأَكْبَرُوَهللِالْحَمْدُ?kita kepada sang pencipta dan kepada sesama
Hadirin rahimakumullah.
Itulah gambaran gejolak jiwa kita yang telah terisi dengan
nilai iman. Ramadhan dan semua rangkaian ibadah yang
kita kerjakan adalah persembahan terbaik seorang hamba
kepada sang pencipta. Bukankah Dia yang maha agung
ال ِصيَام لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ:telah berseru dalam hadis qudsi
“Puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan
membalasnya”
Maka setiap hamba yang beriman akan bergetar hatinya
saat memasuki Ramadan. Getaran jiwa yang terus dijaga
dan dipelihara selama bulan suci. Kemanakah getaran itu
kini ketika Ramadan telah berakhir?
Banyak yang berdebat menjelang datang dan berakhirnya
Ramadhan, kapankah hilal telah terlihat? Namun jarang
mereka memahami bahwa hilal juga bisa merupakan
metafora, sudah siapkah jiwa kita yang penuh kegelapan
tercerahkan oleh munculnya hilal di awal Ramadan sebagai
cahaya untuk menyucikan diri. Maka, hari demi hari di bulan
Ramadan, cahaya hilal perlahan semakin terang benderang
hingga puncak purnama di pertengahan Ramadan.

Namun, perlahan cahaya bulan mulai meredup di
pertengahan kedua, seiring fokus kita yang mulai berubah
kita mulai memikirkan baju baru untuk anak-istri; kita mulai
menghitung hari, kapan Tunjangan Hari Raya (THR) akan
dibayarkan dan kita mulai sibuk membuat kue lebaran. Kita,
telah menomorduakan Ramadan sejak dua minggu lalu.
Cahaya bulan semakin meredup, ketika pada sepuluh hari
terakhir Ramadan, Allah menyediakan lailatul qadar untuk
para kekasih-Nya, dan kita menjalani sepuluh hari terakhir,
tak lagi peduli malam ganjil atau genap, Kita telusuri tigaempat hari terakhir Ramadan, kita semakin khusuk
mempersiapkan lebaran, ini dapat kita lihat pasar menjadi
padat, lalu lintas menjadi macat lambat merayap, banyak
rumah berganti cat, baju baru dan makanan mewah juga
telah siap. Tapi apalah arti baju baru apabila diri masih
enggan melaksanakan yang fardu dan apalah arti makanan
اَهللُأَكْبَرُاَهللُأَكْبَرُاَهللُأَكْبَرُوَهللِالْحَمْدُ.mewah apabila diri masih serakah
Hadirin rahimakumullah
Maka, tiba-tiba diri kita telah berada di pengujung Ramadan
dan semuanya kembali gelap, persis sebelum hilal
Ramadan muncul di atas ufuk. Lalu kita kembali berdebat
bilakah hilal Syawal akan terlihat? Seakan kita alpa bahwa
hilal Syawal pun kembali menjadi metafora kehidupan kita.
Adakah terlihat hilal Syawal di hati kita?
Mengapa pula kita bergembira Ramadan berlalu, padahal
Nabi Muhammad selalu bersedih saat Ramadan berakhir?
Apakah kita bergembira karena selesai sudah segala susah
payah kita berpuasa sebulan penuh? Atau apakah kita
bergembira Ramadan berakhir karena kita bisa kembali menjadi manusia “normal” yang kembali menerjang apa
yang Allah haramkan, dan berebut mencari serpihan tersisa dari apa yang Allah halalkan?
Yaa Allah, inikah akhir sebuah Ramadan? Ketika kami lihat
senyum indah di wajah sanak saudara. Kami lihatkan ke
kanan dan ke kiri, semua menyambut hari kemenangan.
Semua memakai pakaian baru tanda mereka kembali ke
fitrah mereka. Tapi mengapa tak kami lihat cahaya hilal
اَهللُأَكْبَرُاَهللُأَكْبَرُاَهللُأَكْبَرُوَهللِالْحَمْدُ

Syawal di wajah mereka
Hadirin rahimakumullah
Benarkah Ramadan telah menjadi beban kita? Lihatlah
bagaimana kita sibuk mengatur segala sesuatunya agar
pada saat ramadhan tidak kekurangan, ada yang
menabung jauh-jauh hari untuk digunakan pada saat
ramadhan, sehingga pada saat ramadhan pengeluaran
membengkak, konsumsi rumah tangga semakin meningkat.
Apakah ini tujuan dari ramadhan? Ramadan yang
seharusnya menjadi bulan penghematan, ramadhan
menjadi ajang merasakan kekurangan, dan ramadhan
sebagai wadah untuk tidak belanja berlebihan.
Mungkin ini sebabnya kita bergembira ketika Ramadhan
berakhir, saat harga barang kembali “normal” dan konsumsi
kita kembali masuk dalam rutinitas pengeluaran. Biaya tak
terduga menjadi kembali bisa diprediksi. Ya Rabbana, tak
layakkah kami bergembira dengan berakhirnya Ramadan?
Boleh jadi mereka yang bergembira di bulan Ramadan
penuh harap agar amalan ibadah diterima Allah.


Bukankah dalam Hadits Qudsi yang lain, Allah juga telah
mendeklarasikan
أَنَا عِنْدَظَ ِن عَبْدِي بِي
“Aku ini sebagaimana persangkaan hamba-Ku saja”.
Bergembira di Hari Lebaran adalah tanda kita optimistis dan
berbaik sangka bahwa Allah akan menerima ibadah kita.
Tak ada yang salah dengan bergembira saat Ramadan
berakhir, Tapi tak ada salahnya pula untuk cemas janganjangan ini Ramadan terakhir bagi kita, bagi orang tua kita,
bagi pasangan kita, bagi anak kita, dan bagi saudara kita.
Masihkah kita bertemu kembali dengan Ramadhan tahun
اَهللُأَكْبَرُاَهللُأَكْبَرُاَهللُأَكْبَرُوَهللِالْحَمْدُ.depan
Hadirin rahimakumullah
السَّنَةُكُلُّهَا رَمَضَانَلَوْتَعْلَمُاُمَّتِيْمَا في رَمَضَا نَلَتَمَنَّتْأُمَّتِي اَنْتَكُوْنَ:Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud RA
“Sekiranya umatku mengetahui kebajikan-kebajikan yang
dikandung bulan Ramadhan, niscaya umatku
mengharapkan Ramadan terus ada ‘sepanjang tahun’.”
(HR. Abu Ya’la, ath-Thabrani, dan ad-Dailami).
Memang benar bahwa begitu banyak keutamaan pada
bulan Ramadhan. Bukankah para penceramah selama
Ramahdan tak henti-hentinya mengingatkan kita, bahwa
orang-orang berpuasa di bulan suci ini untuk menghidupkan
malam-malamnya dengan ibadah. Inilah Ramadan, bulan



yang Allah bukakan pintu-pintu surga, Dia tutup pintu-pintu
neraka, dan Dia belenggu setan.
Bukankah para ustaz dan ustazah telah mengutip sejumlah
riwayat bahwa inilah bulan yang awalnya adalah rahmat,
pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan dari
api neraka. Bahkan ada pula yang mengingatkan kita
bahwa inilah bulan ketika bau mulut orang yang berpuasa
lebih harum di sisi Allah daripada minyak kesturi. Bahkan
begitu dahsyatnya bulan suci Ramadhan ketika Allah setiap
malamnya membebaskan ratusan ribu orang yang
seharusnya masuk neraka. Pendek kata, Ramadhan telah
Allah jadikan sebagai penghubung antara orang-orang
berdosa yang bertaubat dengan Allah Ta’ala.
Tapi benarkah wahai hadirin sekalian, bahwa setelah kita
tahu keutamaan Ramadhan, kita menginginkan setiap hari
menjadi Ramadan, setiap bulan menjadi Ramadan.
Benarkah kita ingin Ramadan sepanjang tahun? Mari jujur
اَهللُأَكْبَرُاَهللُأَكْبَرُاَهللُأَكْبَرُوَهللِالْحَمْدُ!... pada diri kita. Ya Allah ,ampuni kami
Hadirin rahimakumullah
Allah SWT telah berfirman dalam surat Al’Araf 179 :َنْوٰٰۤلُه
اٰالِْذَنْانٌسِِۖلَالَّهُيَمْسْقُلُمَوْعُوْبٌنَبِالَّهَاۗيَفْاُقَو
لَهُوَمْا
نَنَبِالْهَاِۖجِ ِوَن
وْ ِلٰٰۤم
رُو
لْعْلِيُجَهُنٌمْهَنَّاَالَّمَيُبْكَضَثِيْلُّۗصِرًاُا
هُرَمِمْأْنَاَبَا
هَلَاِۖقَالَْدْنْوَلَذَعَا
ىِٕكَهُمُالْغٰفِلُوْنَىِٕكَبِوَكَا
Artinya “Dan sesungguhnya Kami jadikan (isi neraka
jahanam) untuk kebanyakan dari jin dan manusia, mereka
mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
yang Allah bukakan pintu-pintu surga, Dia tutup pintu-pintu
neraka, dan Dia belenggu setan.
Bukankah para ustaz dan ustazah telah mengutip sejumlah
riwayat bahwa inilah bulan yang awalnya adalah rahmat,
pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan dari
api neraka. Bahkan ada pula yang mengingatkan kita
bahwa inilah bulan ketika bau mulut orang yang berpuasa
lebih harum di sisi Allah daripada minyak kesturi. Bahkan
begitu dahsyatnya bulan suci Ramadhan ketika Allah setiap
malamnya membebaskan ratusan ribu orang yang
seharusnya masuk neraka. Pendek kata, Ramadhan telah
Allah jadikan sebagai penghubung antara orang-orang
berdosa yang bertaubat dengan Allah Ta’ala.
Tapi benarkah wahai hadirin sekalian, bahwa setelah kita
tahu keutamaan Ramadhan, kita menginginkan setiap hari
menjadi Ramadan, setiap bulan menjadi Ramadan.
Benarkah kita ingin Ramadan sepanjang tahun? Mari jujur
اَهللُأَكْبَرُاَهللُأَكْبَرُاَهللُأَكْبَرُوَهللِالْحَمْدُ!... pada diri kita. Ya Allah ,ampuni kami
Hadirin rahimakumullah
Allah SWT telah berfirman dalam surat Al’Araf 179 :َنْوٰٰۤلُه
اٰالِْذَنْانٌسِِۖلَالَّهُيَمْسْقُلُمَوْعُوْبٌنَبِالَّهَاۗيَفْاُقَو
لَهُوَمْا
نَنَبِالْهَاِۖجِ ِوَن
وْ ِلٰٰۤم
رُو
لْعْلِيُجَهُنٌمْهَنَّاَالَّمَيُبْكَضَثِيْلُّۗصِرًاُا
هُرَمِمْأْنَاَبَا
هَلَاِۖقَالَْدْنْوَلَذَعَا
ىِٕكَهُمُالْغٰفِلُوْنَىِٕكَبِوَكَا
Artinya “Dan sesungguhnya Kami jadikan (isi neraka
jahanam) untuk kebanyakan dari jin dan manusia, mereka
mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata

(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah),
mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.”

Selepas Ramadhan, bagaimana dengan hati, mata, dan telinga kita?
Apakah semuanya kembali menjadi lepasbebas seperti yang Allah sindir dalam ayat tadi? Ramadan berlalu, apakah kita kembali menjadi binatang ternak yang tersesat?
Semua nafsu hewani yang telah kita ikat dan belenggu di bulan suci Ramadan, apakah akan kita lepas kembali?
Jika iya, untuk apa kegembiraan di Hari Raya ini?
Tidakkah sepatutnya kita bersedih?
Jangan sampai setelah ramadhan Kita sering bertakbir
dalam ibadah kita. Namun terkadang kita lupakan takbir di
luar ibadah kita. Kita besarkan Allah di Masjid, namun di luar
masjid kita masih sering mengagungkan kekayaan,
kekuasaan dan jabatan.

Kita masih diperbudak oleh nafsu dengan memaksa orang lain untuk menuruti kemauan kita. Di atas sajadah kita kumandangkan Takbir, namun dikantor, di pasar, di ladang, ditengah-tengah masyarakat kita lupakan Allah SWT. Kita telah mengganti TAKBIR dengan
TAKABBUR. Kita salahgunakan jabatan yang seharusnya
untuk mengabdi kepada masyarakat.
Memakmurkan Negara, melayani rakyat, membela yang lemah, menyantuni dan membantu yang membutuhkan. Kita tutup mata kita.
Kita bangga dengan gelar dan jabatan kita. Kita bangga dengankekayaan yang melimpah ruah.
Tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah),
mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.”

Selepas Ramadhan, bagaimana dengan hati, mata, dan telinga kita?
Apakah semuanya kembali menjadi lepasbebas seperti yang Allah sindir dalam ayat tadi?
Ramadan berlalu, apakah kita kembali menjadi binatang ternak yang tersesat? Semua nafsu hewani yang telah kita ikat dan
belenggu di bulan suci Ramadan, apakah akan kita lepas kembali?
Jika iya, untuk apa kegembiraan di Hari Raya ini?
Tidakkah sepatutnya kita bersedih?
Jangan sampai setelah ramadhan Kita sering bertakbir
dalam ibadah kita. Namun terkadang kita lupakan takbir di
luar ibadah kita. Kita besarkan Allah di Masjid, namun di luar
masjid kita masih sering mengagungkan kekayaan,
kekuasaan dan jabatan. Kita masih diperbudak oleh nafsu
dengan memaksa orang lain untuk menuruti kemauan kita.
Di atas sajadah kita kumandangkan Takbir, namun dikantor, di pasar, di ladang, ditengah-tengah masyarakat kita lupakan Allah SWT. Kita telah mengganti TAKBIR dengan
TAKABBUR. Kita salahgunakan jabatan yang seharusnya
untuk mengabdi kepada masyarakat.

Memakmurkan Negara, melayani rakyat, membela yang lemah, menyantuni dan membantu yang membutuhkan. Kita tutup mata kita.
Kita bangga dengan gelar dan jabatan kita.
Kita bangga dengan kekayaan yang melimpah ruah.

َهللُأَكْبَرُاَهللُأَكْبَرُاَهللُأَكْبَرُوَهللِالْحَمْدُ
Hadirin rahimakumullah….
Jangan sampai setelah ramadhan kita tidak lagi berpegang
pada firman-firman Allah dan Hadits Rasulullah yang
mengajarkan kejujuran, keikhlasan, kasih sayang dan amal sholeh. Sebaliknya, dengan setia kita ikuti petunjuk syaitan
laknatullah yang mengajarkan kelicikan, kemunafikan dan
kekerasan hati. Allah yang selalu kita besarkan dalam shalat dan do’a, telah kita lupakan dalam kehidupan nyata.
Banyak dari kita yang khusyuk dalam shalat namun kita
khusyuk juga merampas hak orang lain. Banyak dari kita
yang fasih membaca dalil dan ayat ayat Al-Qur’an namun
kita juga fasih mengerjakan yang dilarang. Banyak kita tidak
putus berpuasa dibulan Ramadhan namun kita tidak putus pula dalam melakukan kedzoliman.
Hadirin rahimakumullah
Semoga Ramadhan yang telah kita lalui Dosa kita kepada
Allah diampuni olehnya, tetapi ingat dosa kita kepada sesama manusia belum Allah hapuskan selama kita belum saling memaafkan. Inilah gambaran kaitan antara “hablum
minallah” dan “hablum minan nas”. Maka selepas salat, kita
ulurkan tangan untuk bersalaman karena itu dapat
menggugurkan dosa. Begitu pula sehabis sebulan
berpuasa, kita bermaaf-maafan dalam rangka menjaga
“hablum minallah” “hablum minan nas”. Memaafkan itu
bukan soal kita menyerah dan mengalah. Memaafkan juga
bukan soal kita mengaku salah. Memaafkan lebih dari itu kita berakhlak seperti akhlak Allah yang gemar memaafkan.

Memaafkan bukan sekadar basa-basi, kita memaafkan atas
nama Allah di akhir Ramadhan agar kelak di akhirat tidak
ada saling menuntut di antara kita.
Bagaimana dengan mereka yang begitu keji telah menzalimi kita atau telah merampas hak kita atau telah memfitnah kita secara keji? Tugas kita adalah memaafkan perbuatan mereka. Perkara Allah punya perhitungan sendiri terhadap efek dari perbuatan mereka, yakinlah semua ada hisabnya masing-masing. Maafkan dan serahkan kepada Allah.
Mungkin ini Ramadhan terakhir kita. Mungkin ini Lebaran terakhir kita. Mungkin ini pula permintaan maaf terakhir kita.
نِي وَمِنْكُمْتِالَوَتَهُإِنَّهُهُوَالسَّمِيْعُبَارَكَهللاُلِيْوَلَكُمْفِيْالقُرْآنِالعَظِيْمِوَنَفَعَنِيْوَإِيَّاكُمْبِمَافِيْهِمِنَ.“Minal aidin wal faizin, Mohon maaf lahir batin”


Khutbah (2)
كْرِالحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَمِ
اآليَاتِوَالذ
العَلِيْمِ. وَقُلْرَ ِب اغْفِرْوَارْحَمْوَأَنْتَخَيْرُالرَّاحِمِيْنَ.
الدَّاعِى إلىَرِضْوَانِهِ. اللهُمَّصَلِّعَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍوِعَلَى اَلِهِوَأَصْحَابِهِإِلاَّهللاُوَهللاُوَحْدَهُلاَشَرِيْكَلَهُوَأَشْهَدُأنَّسَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُوَرَسُوْلُهُاَلْحَمْدُهللِعَلىَإِحْسَانِهِوَالشُّكْرُلَهُعَلىَتَوْفِيْقِهِوَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُأَنْلاَاِلَهَهللا بُكْرَةًوَأَصْيْالًلاَاِلَهَاِلاَّهللاُوَهللاُاَكْبَرْهللاُاَكْبَرْوَهللِاْلحَمْدُهللاُاَكْبَرْ)٣×( هللاُاَكْبَرْ)٤×( هللاُاَكْبَرْكبيرا وَاْلحَمْدُهللِكَثِيْرًا وَسُبْحَانَ

0 Komentar

Posting Komentar
Mulya Residence

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close