Oleh Andra Ashadi. SH
Setiap tanggal 10 November, Indonesia memperingati Hari Pahlawan untuk menghormati keberanian para pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Salah satu tokoh yang selalu dikenang dalam pertempuran besar pada 10 November 1945 adalah Sutomo, atau yang lebih dikenal sebagai Bung Tomo. Suaranya yang lantang dan penuh semangat membakar semangat perlawanan rakyat Surabaya melawan tentara Sekutu.
Namun, di balik jasanya yang besar, perjalanan hidup Bung Tomo juga diwarnai oleh kisah kelam, terutama saat ia dipenjara oleh rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Bung Tomo menjadi simbol perlawanan yang berani dalam Pertempuran Surabaya. Ia dikenal dengan orasi heroiknya yang menyulut semangat juang arek-arek Surabaya melawan tentara Inggris yang datang kembali pasca-Proklamasi Kemerdekaan.
Dengan suara yang tegas, ia menyerukan kepada rakyat Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan dan tak gentar menghadapi kekuatan militer Sekutu yang jauh lebih unggul secara alutsista. Pertempuran Surabaya sendiri akhirnya menelan ribuan nyawa, namun perlawanan ini membuktikan bahwa bangsa Indonesia tak mudah tunduk pada penjajah, bahkan setelah kemerdekaan diproklamasikan.
Meski dikenal sebagai pahlawan besar, kisah hidup Bung Tomo tidaklah berakhir manis. Di era Orde Baru, perannya sebagai tokoh nasional mengalami hambatan besar. Pada tahun 1978, Bung Tomo ditahan oleh pemerintahan Soeharto dengan alasan demi keamanan negara. Beberapa sumber sejarah menyebut bahwa Bung Tomo dianggap terlalu kritis terhadap kebijakan Orde Baru, khususnya dalam hal penegakan keadilan dan demokrasi.
Bung Tomo terkenal lantang dalam menyuarakan pendapatnya, dan keberaniannya untuk mengkritik ketidakadilan tak berkurang meski pemerintah saat itu memiliki kekuatan penuh untuk menekan suara-suara oposisi. Sikap kritisnya inilah yang dianggap sebagai ancaman bagi stabilitas politik Orde Baru. Penahanan Bung Tomo menjadi salah satu contoh nyata bagaimana pemerintahan Soeharto membungkam suara tokoh-tokoh yang berseberangan dengan kebijakan nya, termasuk mereka yang berjasa besar bagi kemerdekaan bangsa seperti kawanya proklamator kemerdekaan RI Bung besar Sukarno.
Penahanan Bung Tomo dilakukan tanpa melalui proses peradilan yang adil, ini merupakan bentuk represifitas pemerintah terhadap tokoh yang memiliki keberanian untuk berbicara. Bung Tomo, meski usianya sudah tidak muda, tetap mempertahankan idealismenya tentang kemerdekaan, keadilan, dan hak rakyat. Ia bahkan pernah menyampaikan kritik terbuka terkait kebijakan ekonomi dan politik yang dirasa bertentangan dengan cita-cita kemerdekaan yang dulu ia perjuangkan bersama kawan kawanya.
Penahanan ini tidak hanya menyakiti Bung Tomo, tetapi juga menimbulkan kekecewaan di kalangan masyarakat yang menghormati jasa-jasanya. Banyak orang tidak menyangka bahwa seorang pahlawan sebesar Bung Tomo, Bung Karno dll, justru diperlakukan demikian oleh bangsanya sendiri, dan ironisnya, ini terjadi di bawah negara merdeka yang ia perjuangkan.
Pada akhirnya hattaBung Tomo dibebaskan, namun kejadian ini meninggalkan luka mendalam dalam sejarah bangsa Indonesia. Ia meninggal dunia pada tahun 1981, hanya tiga tahun setelah bebas dari penjara, dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya, bukan di makam pahlawan. Meski begitu, jasa-jasa dan pengorbanannya dalam perjuangan kemerdekaan tetap dikenang oleh rakyat Indonesia, dan ia selalu menjadi sosok inspiratif dalam peringatan Hari Pahlawan.
Kisah Bung Tomo memberikan pelajaran bahwa perjuangan pahlawan tidak berakhir setelah kemerdekaan diraih. Kadang, perjuangan untuk keadilan dan kebenaran harus terus dilakukan meski menghadapi tantangan dan penindasan dari kekuasaan. Peringatan Hari Pahlawan setiap 10 November adalah pengingat agar kita tidak melupakan jasa-jasa para pahlawan, termasuk mereka yang harus menghadapi ketidakadilan di kemudian hari.
Sebagai pelanjut angkatan, kita harus tetap menjaga semangat dan nilai-nilai yang Bung Tomo, Bung Karno dan para pahlawan lainnya wariskan. Pengorbanan dan keteguhan hati mereka mengajarkan kepada kita pentingnya membela kebenaran dan keadilan, bahkan dalam kondisi yang paling sulit sekalipun. (**)
0 Komentar