Mataram (postkotantb.com) - Olat Maras Institute (OMI) merilis hasil survei untuk Pemilihan Gubernur (Pilgub) Nusa Tenggara Barat (NTB) 2024. OMI memotret keterpilihan sejumlah figur yang akan bertarung di Pilgub NTB 27 November mendatang. OMI juga membuat sejumlah simulasi pasangan calon yang digadang-gadang berlaga dalam kontestasi lima tahunan tersebut.
Untuk posisi Top of Mind calon gubernur NTB 2024, dua petahana menempati posisi teratas dengan hasil sebagai berikut:
- Zulkieflimansyah 36,3 persen
- Sitti Rohmi Djalillah 19,4 persen
- Lalu Muhamad Iqbal 8,7 persen
- Indah Dhamayanti Putri 5 persen
- Suhaili 3,8 persen
- Sukiman Azmy 2,8 persen
- Lalu Gita Ariadi 2,2 persen
- Musyafirin 1,1 persen
- Fahri Hamzah 0,5 persen
- Arsyad Ghani 0,2 persen
- Mohan Roliskana 0,2 persen
- TGH Muchsin Muhtar 0,1 persen
- Zaini Arony 0,1 persen
- Haerul Warisin 0,1 persen
- Tidak Tahu / Belum Bersikap 19,5 persen
Top of Mind calon wakil gubernur NTB 2024:
- Suhaili 17,9 persen
- Sitti Rohmi Djalillah 17,3 persen
- Musyafirin 12,3 persen
- Indah Dhamayanti Putri 11,5 persen
- Sukiman Azmy 3,8 persen
- Zulkieflimansyah 3,6 persen
- Lalu Pathul Bahri 2,5 persen
- Lalu Gita Ariadi 1,7 persen
- Fahri Hamzah 0,3 persen
- Arsyad Ghani 0,2 persen
- Nyanyu Ernawati 0,1 persen
- Nursiah 0,1 persen
- Tidak Tahu / Belum Bersikap 27,1 persen
Selanjutnya, OMI juga menemukan data keterpilihan pasangan calon yang akan bertarung di Pilgub NTB. OMI membuat empat simulasi dengan temuan sebagai berikut:
Simulasi 1:
• Zul - Suhaili 38,9 persen
• Rohmi - Firin 22,8 persen
• Iqbal - Dinda 15,8 persen
• Gita - Sukiman 5,6 persen
• Belum Bersikap 16,9 persen
Simulasi 2:
• Zul - Suhaili 39,4 persen
• Rohmi - Firin 24,7 persen
• Iqbal - Dinda 17 persen
• Belum Bersikap 18,9 persen
Simulasi 3:
• Zul - Suhaili 46,1 persen
• Rohmi - Firin 26,7 persen
• Belum Bersikap 27,2 persen
Simulasi 4:
• Zul - Suhaili 51,2 persen
• Iqbal - Dinda 22,1 persen
• Belum Bersikap 26,7 persen
Direktur OMI Mifathul Arzak menerangkan bahwa survei tersebut dilaksanakan pada 8-25 Juli 2024 yang lalu. Populasi survei tersebut sejumlah 1200 responden dengan angka Margin of Erorr +/- 2,89 persen dengan derajat kepercayaan 95 persen. Adapun sampel dipilih dengan multistage random sampling yang terdistribusi secara proporsional di setiap kabupaten/kota di NTB.
Miftah menuturkan OMI melakukan survei secara berkala, tidak hanya menjelang Pilgub NTB 2024.
Survei OMI sejak awal di bulan Maret 2024 ketika Zul-Rohmi jilid II masih masuk simulasi, kemudian April-Mei ada pecah kongsi Zul-Rohmi, peta elektoral mulai berubah.
"Doktor Zul masyarakat menilai beliau salah satu calon terkuat karena memang beliau petahana. Kemudian ketika bersanding dengan Pak Suhaili, ini kombinasi yang kami rasa tepat. Pak Suhaili punya pengalaman elektoral di Pilgub NTB 2018 dengan suara besar di Lombok Tengah. Basisnya masih cukup kuat, tiga tahun terakhir kami melakukan survei di NTB, nama Suhaili masih kuat," kata Miftah pada Jumat (2/8/2024).
Untuk Rohmi, Miftah menilai, Ketua Muslimat NWDI itu perlu lebih kuat melakukan pengenalan dirinya sebagai calon gubernur. Sebab menurutnya, selama ini, Rohmi lebih kuat diasosiasikan sebagai cawagub.
"Khusus Ibu Rohmi saat dinilai sebagai sosok gubernur masih belum kuat. Bukan berarti Ibu Rohmi tidak layak jadi gubernur, bukan itu. Tapi beliau kannmulai mengenalkan diri sebagai cagub itu kan pasca-pileg. Perlu lebih massif lagi," bebernya.
"Iqbal-Dinda sebenarnya ini bisa jadi calon yang cukup kuat. Pertama Dinda ini asli Dompu, kemudian masuk di Bima. Bima ini kabupaten terbesar di Pulau Sumbawa. Kemudian Pak Iqbal, kita harus membedakan sisi kemampuan dan strategi politik, kami menilai beliau punya kapasitas mumpuni dengan rekam jejak sebagai dubes. Tapi ada beberapa temuan kami soal beliau," sambungnya.
Miftah kemudian menceritakan ulang napak tilas Pilgub NTB 2018 silam. Kala itu, OMI menjadi lembaga survei yang konsisten sejak awal menyebut Zul-Rohmi sebagai paslon yang paling potensial untuk menang.
"Saya napak tilas di Pilgub 2018, kami memang memotret sejak awal dahulu Zul-Rohmi yang akan menang. Kenapa? Karena penetrasi dua orang ini ke akar rumput paling tinggi saat itu. Sekarang pertanyaannya, mampu tidak misalnya Iqbal melakukan hal seperti itu? Di sana nanti banyak lagi variabel lain yang akan menentukan jumlah suara. Iqbal mampu tidak turun dan dekat menjadi orang yang setara dengan masyarakat, bisa tidak? Ini bukan saya mencela. Tapi ini pandangan sebagai akademisi," terangnya.
Lebih jauh, Miftah melihat setidaknya ada dua hal yang mesti dilakukan cakada untuk mengerek elektabilitas. Terutama di empat bulan terakhir menuju pemungutan suara 27 November mendatang.
"Apa yang dilakukan? Pertama, intensitas cakada turun ke akar rumput, menemui masyarakat. Kalau ada calon yang sekarang bisa 10-15 titik sehari, itu bagus. Ini bisa mengerek elektabilitas. Doktor Zul sudah melakukan itu meskipun intensitasnya belakangan ini menurun," bebernya.
Kedua, Miftah mengungkap adanya isu ihwal kekuatan lain yang berpotensi masuk dan membawa kepentingan di Pilgub NTB 2024.
"Kedua, khusus Pak Iqbal. Beliau ini kan isunya didukung 'istana'. Tentu kalau didukung 'istana' kan kita sudah tahu apa yang bisa dilakukan. Apakah akan melakukan money politic yang massif? Atau ada infrastruktur lain yang akan digunakan? Tapi kan paslon lain sebetulnya punya akses untuk melakukan yang sama, punya kemampuan dan peluang. Fenomena akan bisa berubah kalau dua faktor ini digunakan," terangnya.
Terakhir, Miftah menggarisbawahi bahwa survei yang dilakukan OMI berupaya memotret peta elektoral menjelang Pilgub NTB 2024 secara objektif.
"Kami (OMI) ini latar belakangnya akademisi. Lihat saja track record dan rekam jejak kami selama ini. Ini kan soal reputasi lembaga survei. Apapun yang keluar di OMI saya bisa pastikan hasilnya valid sesuai temuan di lapangan dan tidak berafiliasi dengan siapapun," bebernya.
OMI merupakan lembaga yang rutin melakukan survei elektoral untuk wilayah NTB baik untuk Pemilihan Presiden (Pilpres), Pemilihan Legislatif (Pileg) serta Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). (Red)
0 Komentar