Breaking News

Suku Banjar Rantau di Pulau Lombok Berkumpul, Rajut Kembali Semangat Persatuan antar Saudara

Potret kemesraan masyarakat suku Banjar, saat acara silaturahmi di di Jalan Tanggul 18, Lingkungan Sukaraja Ampenan, Kota Mataram, Sabtu (08/07).

Mataram (postkotantn.com)- Setelah bertahun-tahun tidak bercengkrama dan saling bertatap muka, masyarakat dari Banjarmasin (Banjar), Kalimantan, yang merantau di Pulau Lombok, akhirnya berkumpul dan bersilaturahmi.

Momentum silaturahmi ini diprakarsai Kerukunan Bubuhan Banjar (KBB) NTB, bertajuk 'Silaturahmi Bubuhan Banjar NTB', dalam rangka untuk membangkitkan semangat, demi merajut kembali hubungan persaudaraan antar Kampung Banjar.

"Yang kami kumpulkan ini rata-rata generasi keempat," ungkap Ketua KBB NTB, Nanang Edward, di sela-sela obrolannya usai silaturahmi Bubuhan Banjar NTB, di Jalan Tanggul 18, Lingkungan Sukaraja Ampenan, Kota Mataram, Sabtu (08/07).

Diakui Edward, Masyarakat Suku Banjar dulunya merupakan suku yang kental dengan tradisi merantau. Termasuk di Pulau Lombok, Suku Banjar sudah menyebar di beberapa wilayah. Seperti Ampenan, Sekarbela, Dasan Agung, Kota Mataram.

Ada pula di Lombok Tengah, tepatnya  di Mantang, Kopang, Praya. Kemudian Lombok Timur ada di Pancor, Aikmel dan Sembalun. Kemudian di Lombok Utara, Tanjung. Saat ini jumlahnya sudah berkembang. Menurut survei, ada sekitar 700 kepala keluarga dengan asumsi, lebih kurang sekitar 8000 orang.

"Dan di Sembalun pun, masih ada dibuktikan dengan banyaknya orang-orang Banjar yang tinggal di kaki Gunung Rinjani. Kalau di Ampenan ada Kampung Banjar, maka di Mantang lebih spesifik lagi. Yaitu kampung Nanang Galuh," ulasnya.

Menurut Edward, hubungan persaudaraan orang-orang Banjar di Pulau Lombok di era 80 an, sangat erat. Sekalipun tanpa  undangan resmi, masing-masing dari mereka rutin berkunjung ke saudara sesama sukunya.

Namun miris, memasuki generasi keempat dilanjutkan generasi kelima, tradisi itu memudar. Bahkan banyak pula yang tidak saling mengenal, meski sebelumnya dari generasi ke generasi memiliki hubungan keluarga.

"Padahal, dengan kemajuan tehnologi zaman ini, jalinan silaturahmi antar orang Banjar seharusnya bisa lebih erat lagi. Tapi malah sebaliknya, kian renggang dan saling lupa. Bahkan bahasa leluhurnya adalah bahasa Banjar," ketusnya.

"Kalau dalam bahasa orang Banjar itu 'Mangangkat Batang Tarandap' yang artinya, mengangkat kembali marwah Banjar. Khususnya yang hidup di Pulau Lombok. Jati diri sebagai warga Asli Banjarmasin mulai memudar semenjak orang-orang Banjar melakukan perkawinan campuran," sambungnya.

Dia menegaskan semangat dalam rangka membangun kembali persatuan orang-orang Banjar, bukan berarti menyaingi masyarakat asli Pulau Lombok.

"Tetap Suku Sasak Pulau Lombok, nomor satu bagi kita. Cuman paling tidak, di darahnya, ada darah orang Banjar. Karena banyak yang nggak saling mengenal dan di beberapa tempat, hampir semuanya tidak lagi bisa berbahasa Banjar," tandasnya.

Edward menambahkan bahwa Niat tulus untuk mempersatukan kembali orang-orang Banjar tidak berhenti sampai di hari itu saja. Pihaknya akan melanjutkan jalinan silaturahmi ini, menjadi sebuah event besar yang dijadwalkan Tanggal 5 Agustus mendatang.

"Nanti akan kami kumpulkan bukan saja di Lombok. Ada orang kampung Banjar dari daerah Jawa, danProvinsi Lainnya se-nusantara. Bahkan akan kami kumpulkan juga yang dari Negara Malaysia dan Brunei Darussalam," janji Edward.(RIN)

0 Komentar

Posting Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close