![]() |
Tengah (Sapuk Kuning), Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) NTB, Ida Made Shanty Adnya, SH, MH. |
Mataram (postkotantb.com)- Perayaan Nyepi Tahun Baru Saka 1943 atau Tahun 2021 Masehi akan dirasakan berbeda. Karena Nyepi akan dilaksanakan di tengah pandemi Covid 19.
Kendati demikian, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) NTB, Ida Made Shanty Adnya, SH, MH, lebih memandang Nyepi kali ini, sebagai momen melaksanakan Introspeksi Diri.
"Ketika pemerintah tengah berupaya menanggulangi virus ini, kita kembali diuji dengan musibah susulan berupa gempa bumi, banjir bandang, tanah longsor serta gunung meletus. Apa yang salah dengan perbuatan kita," ujarnya, dikonfirmasi dikediamannya, Kamis (10/3).
Jika dikorelasikan lanjut dia, musibah yang terjadi, tidak terlepas dari kesalahan dan kekeliruan manusia. Dia menyebut salah satunya, aktivitas pembalakan liar di kawasan hutan. Aktivitas ini telah mengakibatkan terjadinya banjir. Seperti yang dialami beberapa daerah di NTB.
"Dengan tebang-tebang pohon, Perbuatan kita direspon oleh alam," imbuhnya.
Selain introkpeksi diri, umat Hindu diingatkan untuk melaksanakan kontempelasi (renungan,red) dengan cara mengosongkan pikiran dari hal-hal buruk yang merusak diri. Kemudian diisi dengan pikiran yang jernih. Sehingga terjadi penyelarasan dan keharmonisan.
"Inilah konsep kita menyepi. Bagaimana kita kembali dengan tuhan yang maha esa, kita dengan alam semesta dan sesama manusia. Inilah konsep Tri Hita Karana. Setelahnya, kita kembali melakukan perbaikan-perbaikan. Apabila Ada kekeliruan di masa lampau, mari kita lakukan Perbaikan," jelasnya.
Soal ogoh-ogoh, PHDI NTB memastikan tidak akan ada perayaan di tahun ini. Hal demikian merupakan upaya pengurus parisade dalam mencegah munculnya klaster baru Covid 19. Demikian juga dengan PHDI pusat.
"Jadi tidak ada ogoh-ogoh karena panitianya tidak ada. Kalau dulu sebelum pandemi kan ada panitia ogoh-ogoh. Soalnya panitianya PHDI yang SK kan. Memang ada melaste, namun sebatas di lingkungan dan diserahkan ke masing-masing pura. Itu pun diikuti oleh maksimal 40 orang. Upacara nyepi tetap kami laksanakan, karena itu upacara agama dengan catatan tetap menerapkan protokol Covid 19 yang ketat," tandasnya.(RIN)
0 Komentar