Aksi Protes Kenaikan BBM di Simpang Lima Ampenan |
Mataram (postkotantb.com)- Massa aksi
dari Kesatuan Mahasiswa Muslim Indonsia (KAMMI) NTB menggelar unjuk rasa di
depan Pertamina cabang NTB, Kamis (12/04).
Aksi yang dilakukan sebagai bentuk
protes terhadap pemerintah yang menaikkan harga BBM. Massa aksi menolak dengan
tegas kenaikan harga BBM, khususnya jenis pertalite oleh pemerintah melalui
BUMN PT. Pertamina (Persero). Menuntut pemerintah untuk mengambil alih
blok migas yang dikuasai asing, dan meminta pemerintah menambah kuota alokasi
dan realisasi distribusi jenis BBM.
Lalu Onang Pratama dalam orasinya mengatakan,
Sudah 2 kali pemerintah melalui BUMN PT. Pertamina (Persero) menaikkan harga
BBM di tahun 2018. Kenaikan harga Pertalite pada periode pertama senilai Rp.
100,-. Kenaikan harga selanjutnya berkisar antara Rp. 150,- sampai dengan Rp.
200,-. “Tak tanggung-tanggung, kebijakan ini diambil hanya dalam kurun
waktu 3 bulan saja. Hal ini tentunya merupakan kado pahit yang diberikan
pemerintah kepada rakyatnya di awal tahun 2018,” ujarnya.
Ketua KAMMI NTB Amiruddin dalam orasinya juga menjelaskan,
Kenaikan harga pertalite ini tentunya akan berdampak pada perekonomian rakyat.
BBM jenis pertalite sudah terlanjur menjadi alternatif konsumsi energi rakyat
ditengah minimnya ketersediaan premium di pasaran. BPS mencatat bahwa tingkat
inflasi bulan Maret 2018 disumbang oleh kenaikan harga pertalite. Persentase
inflasi pada bulan Maret 2018 sebesar 0.20%.
Pengurangan alokasi kuota Jenis BBM
Khusus Penugasan (premium) juga menjadi kado istimewa. Secara nasional
pemerintah sudah mengurangi kuota alokasi premium ke seluruh wilayah di
Indonesia. Bukan hanya kuota premium yang dikurangi, realisasi distribusinya
pun dipangkas sejak 3 tahun terakhir.
“Persentase realisasi distribusi Premium ke setiap wilayah
di Indonesia secara nasional adalah sebesar 56.25% di tahun 2017. Hal ini
menjadi suatu yang mengejutkan, padahal persentase realisasi distribusi premium
pada tahun 2016 secara nasional mencapai 81.67% dan 89.66% di tahun 2015,”
jelasnya.
NTB pada tahun 2017 hanya mendapatkan persentase realisasi
distribusi premium sebesar 77.32%. Padahal 3 tahun sebelumnya persentase
realisasinya mencapai rata-rata 90%. Pengurangan ini juga terjadi pada jumlah
alokasi premium. Padahal premium masih menjadi konsumsi tertinggi di NTB.
Persentase konsumsi energi di NTB per tahunnya adalah sebesar 67%.
Pertamina beralasan bahwa kenaikan harga pertalite
dipicu oleh kenaikan harga minyak mentah dunia. Fluktuasi harga minyak pada
bulan Januari hingga April 2018 rata-rata di atas
USD 60/barel. Harga minyak mentah dunia menurut APBN 2018 adalah
senilai USD 48/barel. Hal ini tentunya membuat pertamina menaikkan harga jual
pertalite dipasaran dinaikan. (Eka)
0 Komentar